LENSALANDAK.COM I Surabaya – Pakar Antropologi Universitas Airlangga (Unair) Toetik Koesbardiati menyebut, pemukulan 10 ribu kentongan yang dipimpin oleh Ketua Umum PDI-Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri bermakna kewaspadaan.
Diketahui, orang nomor satu di PDIP itu memimpin pemukulan kentongan di hadapan ratusan ribu massa yang hadir di acara kampanye akbar Ganjar Pranowo-Mahfud MD, di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Sabtu (3/2/2023).
Toetik menyampaikan, kentongan yang terbuat dari bambu dan dilubangi sedemikan rupa adalah alat sederhana yang kerap ditemui. Di mana saat dipukul, kentongan merupakan simbol valid terhadap suatu kejadian dalam suatu masyarakat. Kentongan sendiri disebut pengirim informasi berbasis local wisdom
“Biasanya etnis Jawa dan Bali yang memiliki adat kentongan ini. Kalau dulu ada kode asap, atau burung untuk memberitakan sesuatu,” kata Toetik saat dikonfirmasi, Minggu (4/2/2024).
Ia menjelaskan, simbol bunyi dan tempo tidak pernah salah dalam mengirim pesan. Setiap nada dan tempo mempunyai makna yang berbeda. Misalnya, berita kematian akan berbeda bunyinya dengan ancaman bahaya.
“Berbeda pula jika ada undangan untuk berkumpul seperti rapat atau kenduri. Jika kentongan dengan kode tertentu dibunyikan, dengan otomatis masyarakat akan keluar untuk berkumpul sesuai dengan kode bunyi dan tempo,” jelasnya.
“Jika bunyi dan tempo 6 kali lalu jedah dan diulang 6 kali (doro muluk) tanda ada kematian. Orang akan segera mencari tahu siapa yang meninggal,” tambahnya.
Selain itu, lanjut Toetik, kentongan yang dibunyikan secara cepat dan tidak berjedah adalah simbol tanda bahaya, entah itu banjir, longsor atau binatang buas.
“Kadang kentongan juga dibunyikan sebagai petanda waktu. Semua kode tidak pernah salah,” ucapnya.
Menurutnya, kentongan sangat penting secara budaya sebagai sistem informasi, terutama masyarakat Jawa. Tidak harus bermakna bahaya, bergantung pada bunyi dan tempo.
Meski begitu, terkait bunyi nanda dan tempo 10 ribu kentongan PDIP yang dipimpin Megawati tersebut, terdengar dengan tempo cepat tanpa jeda, yang termasuk tanda bahaya.
“Kalau jumlah 10 ribu kentongan gak bermakna simbol. Yang simbol adalah nada dan tempo kentongan. Apakah Bu Mega membunyikan kentongan dengan nada dan tempo tanpa jeda? Kalau iya, berarti tanda waspada,” terangnya.
Sebelumnya, Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto, menjelaskan, pemukulan kentongan ini sebagai simbolisasi agar masyarakat tersadar untuk ikut menjaga kewaspadaan, melawan intimidasi dan kecurangan yang mungkin yang terjadi di Pilpres 2024. Dan yang paling utama mengamankan suara Ganjar-Mahfud pada 14 Febuari 2024.
“Kentongan ini tradisi masyarakat secara kolektif dan simbol kewaspadaan serta hidup dalam tradisi bangsa. Masyarakat pun diajak untuk ikut berpartisipasi mengawal pemilu yang jurdil dan mengamankan suara Ganjar-Mahfud di Pilpres 2024,” tandas Hasto.
I like this site it’s a master piece! Glad I noticed this ohttps://69v.topn google.Expand blog
Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me.
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.