Makna Khotbah tentang Akhir Zaman Bagi Umat Kristen

(Mrk. 13:3-37; Mat. 24:3-46; Luk. 21:5-36)

Pendahuluan
Menurut ketiga Injil Sinoptik, Yesus Kristus telah menyampaikan dialog tentang akhir zaman kepada para rasul-Nya di bukit Zaitun pada minggu terakhir dari hidup-Nya (Mrk. 13:3-37; Mat. 24:3-46; Luk. 21:5-36), sewaktu Dia menghadapi penolakan dan penghinaan, Dia menghimbau para rasul-Nya berjaga-jaga sebab mereka juga akan memikul dukacita, penderitaan, kesengsaraan, dan akan ditangkap (Kol. 1:24). Sebelum penyingkapan kerajaan melalui kematian dan kebangkitan-Nya yang sudah diambang pintu, Dia memperingatkan para rasul-Nya bahwa sekalipun kerajaan itu benar-benar akan didirikan namun akhirnya belum terwujud. Mereka akan melihat Kerajaan Allah dalam kemuliaan; hanya sesudah suatu masa singkat yang penuh penderitaan dan penyiksaan; pada waktu mana Bait lama, lambang dari begitu banyak pengharapan nasionalisme mesianis palsu akan dihancurkan sama sekali.
Khotbah Yesus di bukit Zaitun kadang-kadang dijuluki “Penyingkapan Mini,” sebab banyak yang berpendapat bahwa dialog itu merupakan tulisan mini Yahudi-Kristen mengenai penyingkapan yang dimaksudkan di dalam Injil Sinoptik, apakah penginjil-penginjil sendiri ataupun oleh gereja purba. Teori ini pada orisinalitasnya dikemukakan oleh Timothy Colani dalam tulisannya Jesus Christ et les Croyances Messianisques de son Temps (1864) dan diikuti oleh Wendt, Holscer, dan yang lainnya, biarpun dalam bentuk yang diubah. Walaupun Kristus Yesus pasti menggunakan Bahasa Apokaliptik dan kiasan-kiasan sebagai bahan praktis dalam tangan-Nya (W. Manson) untuk tujuan praktis sebagai nasihat atau peringatan, khotbah ini terang tidaklah tulisan Apokaliptik yang lazim dengan ‘kejadian-kejadian yang berurutan secara teratur’ (V. Taylor) dan ramalan-ramalan yang luar biasa (C. H. Dodd, T. F. Glasson).

Kehancuran Bait Allah (ay. 1-2)
Teks Matius 24:1 dapat dijelaskan bahwa setelah Yesus mengajar di Bait Allah dan pergi keluar dari Bait Allah. Yesus meninggalkan Bait Allah untuk terakhir kalinya karena Dia sudah menolak tempat ini. Mengapa Yesus sudah muak terhadap Bait Allah saat itu? sebab orang-orang tertentu telah membunuh para nabi Tuhan (Mat. 23:37) bahkan Yesus sudah tahu bahwa Dia juga akan di bunuh oleh orang-orang Yahudi. Karena Yesus berada di Bait Allah dan mengajar di sana selama beberapa hari terakhir sebelum Yesus dieksekusi mati. Namun, murid-murid-Nya atau beberapa murid atau salah satu murid Yesus menunjuk bangunan Bait Allah. Bangunan Bait Suci versi Herodes batu-batu berukuran sangat besar. Versi Josephus ada bagian yang memakai batu dengan ukuran dua belas meter panjangnya, empat meter lebarnya, dan enam meter tingginya. Josephus juga mencatat tentang batu berukuran dua puluh kali dua kali tiga meter.
Menurut versi J.D. Douglas bahwa batu-batu besar dengan kekukuhannya yang nyata menggambarkan kehadiran Allah yang menetap di tengah-tengah umat pilihan-Nya. Jadi, batu yang dimaksudkan dalam teks ini tampaknya memang cukup besar sehingga layak dicatat. Bangunan Bait Allah pada waktu itu memang sangat indah, dengan marmer putih dan hamparan emas. Rabi Yahudi menulis bahwa orang yang belum melihat Bait Allah Herodes belum pernah melihat bangunan yang indah.
Teks Matius 24:2 dapat dijelaskan bahwa para murid terpukau oleh keagungan Bait Allah dan menyatakan keagungan ini kepada Kristus Yesus. Yesus pun mengajak mereka untuk mengamati secara saksama. Namun, dengan serius Yesus menubuatkan kehancuran total Bait Allah. Walaupun bangunan Bait Allah sungguh menakjubkan namun para murid tidak boleh dibutakan oleh keindahan Bait Allah. Hal terpenting ialah umat Tuhan harus hidup saleh. Apabila umat Tuhan tidak hidup saleh, maka bencana pun tidak akan terelakkan. Bagi orang Yahudi, itu akan berarti hancurnya tempat ibadahnya yang indah.

Permulaan Penderitaan (ay. 3-14)
Pemilihan lokasi untuk mengajar dalam kelompok kecil yaitu di bukit Zaitun. Bukit Zaitun merupakan suatu perbukitan sepanjang 1,6 km sebelah timur Yerusalem dipisahkan oleh Lembah Kidron, di mana terletak taman Getsemani. Kristus Yesus mengajar para rasul-Nya di bukit Zaitun dengan isi pengajarannya ialah:

Waspadalah (ay. 4-13)
Teks Matius 24:4: Jawab Yesus kepada mereka: “Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Yesus memulai pengajaran-Nya di bukit Zaitun dengan penekanan pada memperingatkan para rasul-Nya supaya tidak tersesat. Peringatan Yesus kepada para rasul-Nya sebagai sebuah tujuan penting untuk diwaspadai. Jadi, tujuan waspada pada akhir zaman ialah supaya tidak ada orang yang menyesatkan sebab para penyesat berupaya untuk menyesatkan banyak orang (bdk. Mat. 24:5).
Teks Matius 24:5 dapat dijelaskan bahwa masalah utama yang hendak dihadapi oleh para rasul Yesus ialah orang-orang yang mengklaim dirinya sebagai mesias/kristus. Teks ini senada dengan teks Matius 16:13-20 bahwa para rasul-Nya telah mengetahui bahwa Yesus ialah Mesias (Ibrani) atau Kristus (Yunani) yang dijanjikan, tetapi iman para rasul akan diuji dengan berat pada hari-hari hidupnya. Para rasul akan sulit mengatasi rasa kehilangan pemimpin ketika Yesus disalibkan bahkan setelah kebangkitan; spekulasi akhir zaman yang nampak meyakinkan akan muncul.
Penekanan Yesus bahwa akan ada banyak orang yang harus para rasul hadapi sebab orang-orang itu akan memakai nama Yesus. Memakai nama dapat digunakan beberapa kali untuk merujuk para rasul Yesus yang sejati sebab mereka datang di dalam nama-Nya guna menyatakan misi-Nya. Namun, orang-orang yang disebutkan di sini akan menyebut dirinya sebagai Mesias, suatu gelar bagi Yesus sendiri. Menurut tulisan Markus dan Lukas bahwa guru palsu akan berkata: ”Akulah Dia,” suatu cara lain untuk mengklaim dirinya sebagai Mesias. Verba ”Akulah Dia,” sebagai nuansa bersifat Ilahi dan Yesus memperingatkan bahwa orang-orang ini akan mengklaim dirinya bersifat Ilahi. Jadi, ciri pertama yang harus diwaspadai pada akhir zaman ini ialah mewaspadai terhadap orang-orang yang menyatakan dirinya sebagai Mesias, sehingga harus percaya kepadanya.
Teks Matius 24:6 dapat dijelaskan bahwa kesulitan terjadi saat para rasul mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Kabar-kabar tentang perang menunjuk pada khalayak ramai yang sedang sangat kebingungan karena itu di waktu yang sulit semacam itu para pengikut-Nya jangan sampai gelisah. Mendengar munculnya banyak berita perang sangat berpengaruh pada rasa kegelisahan dan kegoyahan. Yesus mengajarkan kepada para pengikut-Nya supaya jangan terpengaruh di dalam kegelisahan publik dan jangan sampai dikendalikan rasa kepanikan yang mendalam seperti banyak orang lainnya. Yesus menekankan bahwa semua fenomena memang harus terjadi dan para rasul tahu bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu sehingga pada akhirnya misi Allah akan terwujud. Jadi, ciri kedua yang harus diwaspadai oleh para pengikut Yesus pada akhir zaman ialah janganlah gelisah hati walaupun mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang karena memang harus terjadi sebelum tiba zaman akhir.
Ayat 7 dapat dijelaskan bahwa suatu pertempuran berskala luas: bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan merupakan dua ciri yang perlu diwaspadai pada akhir zaman, oleh karena orang-orang tidak akan merasa belas kasihan terhadap sesama manusia pada segala bangsa dan kerajaan. Konflik kepentingan bangsa dan kerajaannya menjadi perioritas utama di sepanjang abad, sehingga berujung pada peperangan. Bentuk pasif akan bangkit perlu diperhatikan bahwa merujuk pada kuasa-kuasa yang melebihi kendali bangsa dan kerajaan.
Verba ”Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat,” merupakan ciri yang juga harus diwaspadai pada akhir zaman. Kelaparan dan gempa bumi jelas melampaui kendali seorang pemimpin bangsa dan kerajaan. Kedua ciri ini merupakan bagian dari kekacauan publik yang akan menandai akhir zaman. Di berbagai tempat menujukkan bahwa bencana kelaparan dan gempa bumi dapat tersebar luas tanpa memberitahukan kepada siapa pun juga karena menjadi misteri bagi uamt manusia termasuk umat Kristen.
Teks Matius 24:8 dapat dijelaskan bahwa ciri-ciri yang harus diwaspadai yang diajarkan oleh Yesus pada ayat-ayat sebelumnya merupakan skema akhir zaman dan semuanya itu bersifat holistik. Semua ciri yang diajarkan oleh Yesus menunjukkan awal dari proses yang akan berujung pada akhir zaman namun merupakan permulaan penderitaan.

Mengalami Penderitaan
Penderitaan yang dialami oleh umat Kristen pada akhir zaman ialah: pertama, para murid akan diserahkan (ay. 9; bdk. Mat. 4:12) disebutkan sebanyak 32 kali bertujuan supaya disiksa. Hal ini menunjukkan para penguasa memiliki inisiator untuk menentang para pengikut Kristus Yesus. Para rasul-Nya harus siap sedia menghadapi kesukaran di hari-hari terakhir, yang sangat berbeda dari kesulitan umum yang akan dialami oleh setiap orang misalnya kelaparan dan gempa bumi. Kedua, para murid akan dibunuh (ay. 9) tidak berarti semua orang Kristen pasti dibunuh secara fisik, melainkan beberapa orang akan mengalami pembunuhan secara fisik.
Para pengikut Kristus Yesus pada segala abad sulit memahami meskipun mereka telah mengasihi Allah dan sesama manusia bahkan telah berupaya mengimplementasikan kasih dengan melayani kebutuhan orang lain tetapi mereka terus diejek dan menjadi sasaran kebencian. Ketiga, para murid akan dibenci (ay. 9). Dibenci bukan karena apa yang dilakukannya tetapi karena nama Kristus. Mereka akan menderita penganiayaan semata-mata karena menyandang nama Kristen. Di dalam dunia yang jahat para pengikut Kristus harus siap sedia menderita siksaan, pembunuhan, dan kebencian dari para penguasa bukan karena dosa yang telah dilakukan melainkan karena nama Kristus Yesus.

Sifat kemanusiaan
Teks Matius 24:10-12 dapat dipahami bahwa Yesus mengajarkan sifat-sifat kemanusiaan, yakni: Pertama, banyak orang akan terjebak (LAI ”murtad”) (ay. 10). Mereka terjebak di dalam situasi di mana pengakuan mereka sebagai orang Kristen akan menyusahkan mereka. Lenski menulis bahwa tertangkap sampai iman mereka mati seperti binatang yang terjepit di dalam jebakan. Orang-orang yang terjebak disandang sebagai Kristen sebab mencari sukacita dan damai sejahtera di tengah-tengah dunia yang sulit tetapi yang mereka temukan justru penganiayaan. Beberapa versi Alkitab menerjemahkan verba banyak orang akan terjebak (murtad) dengan verba ”meninggalkan iman mereka.”
Kedua, mereka akan saling menyerahkan (ay. 10). Verba ”saling menyerahkan” dapat dipakai sama dengan di ayat 9 bisa diterjemahkan menjadi ”saling berkhianat” seperti tercatat di beberapa terjemahan Alkitab. Para pengkhianat secara proaktif menolong para penguasa yang jahat dengan menyerahkan orang-orang yang menjadi saudara seiman. Ketiga, saling membenci (ay. 10). Bencana titik kulminasi bagi mereka yang sebelumnya mengaku iman Kristen justru mereka akan saling membenci. Mereka yang telah diajar untuk mengasihi seperti Kristus mengasihi mereka akan jatuh ke dalam hidup yang penuh kebencian. Kebencian dan kekerasan sebagai sifat manusia yang terjadi pada akhir zaman terus berlangsung kemungkinan hingga pada zaman akhir.
Keempat, pengajaran sesat (ay. 11). Pengajaran sesat dapat diajarkan oleh para penyesat bahkan nabi palsu menubuatkan perkara yang palsu yang bukan berasal dari Allah. Para penyesat akan berpura-pura telah menerima penyataan Ilahi, memiliki tugas yang mendesak, dan roh untuk bernubuat padahal semuanya dusta belaka. Pekerjaan sesat atau palsu sudah pernah dilakukan sebelumnya (bdk. Yer. 23:16; Yeh. 13:6) seperti yang telah dinubuatkan sebelumnya (Ul. 13:3).
Sebagian orang menganggap bahwa para penyesat di sini menunjuk kepada guru-guru yang sudah mapan di dalam jemaat dan mendapat nama baik dalam jabatan mereka, tetapi kemudian mereka mengkhianati kebenaran yang telah mereka ajarkan itu dan berbalik melakukan kesalahan. Guru-guru semacam ini sangat berbahaya sebab jarang dicurigai. Salah seorang pengkhianat palsu dalam pasukan akan lebih berbahaya daripada seribu musuh yang nyata diluar pasukan.
Kelima, kedurhakaan (ay. 12). Kata ’kedurhakaan,’ terjemahan Interlinear bahwa mental yang tidak mengindahkan hukum (Yun. άνομίαν, anomian). Drewes menulis kata kedurhakaan (Yun. ά-νομία, anomia) yang berarti sikap atau perbuatan tanpa hukum/ kefasikan. Dalam situasi yang menegangkan kedurhakaan akan banyak terjadi sebab tidak mampu saat menghadapi fenomena yang demikian apabila tidak ada kekuatan iman kepada Kristus Yesus.
Keenam, ketiadaan kasih (ay. 12). verba ’kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.’ Di dalam konteks ini, Yesus sama sekali tidak memisahkan antara kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia. Kasih yang sejati mustahil bagi orang yang murtad. Orang murtad dimotivasi oleh keegoisannya bukan oleh kepedulian terhadap orang lain atau oleh aturan yang mengatur relasi kita dengan orang lain. Karena itu munculnya orang-orang murtad ini menimbulkan dinginnya kasih, yang satu akan membangkitkan yang lain.

Pemberitaan Injil
Teks Matius 24:14 dijelaskan bahwa Injil Kerajaan Allah harus diberitakan ke seluruh dunia sebelum zaman akhir atau penghakiman terakhir tiba, karena pemberitaan Injil sebagai pelaksanaan tanggung jawab umat Kristen untuk menyampaikan karya keselamatan yang diproklamirkan oleh Yesus Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Donald Guthrie dkk menulis bahwa Injil Kristen harus diberitakan ke seluruh bumi sebelum kesudahan akhir zaman dapat terwujud. Injil berarti Kabar Baik. Jadi, Kabar Baik mengenai Kerajaan Allah yang harus diberitakan ke seluruh bangsa sebelum Tuhan Yesus datang kedua kalinya.
Pemberitaan Injil dapat terwujud dengan baik didasarkan pada pekerjaan Roh Kudus, sehingga orang berdosa dapat dibawa untuk bertobat dan percaya kepada Allah melalui Yesus Kristus, menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, bahkan melibatkan diri dalam pelayanan kegerejaan. Jadi, tujuan pemberitaan Injil supaya banyak orang menjadi percaya kepada Yesus bahkan menjadi orang Kristen yang bertanggung jawab, murid Kristus yang menyangkal dirinya, memikul salib, dan melayani Dia dengan sepenuh hatinya. Umat Kristen yang bertahan di dalam penderitaan sampai akhir hidupnya, maka akan memperoleh kehidupan yang kekal (bdk. Mat. 24:13).

Kesimpulan
Teks Matius 24:1-14 dapat dipaparkan bahwa khotbah tentang akhir zaman mengarahkan umat Kristen untuk selalu mewaspadai terhadap semua hal yang bisa mempengaruhi untuk meninggalkan iman kepercayaannya kepada Kristus Yesus. Kekokohan dan keteguhan iman umat Kristen bukan terletak pada bangunan yang megah, bangunan yang berlapiskan emas berlian, bangunan yang ber-AC, bangunan yang bertingkat-tingkat, kemewahan hidup dan lain-lain, melainkan kefokusan untuk mendengarkan firman Tuhan secara saksama dan melakukan firman Tuhan secara baik kemudian siap menerima penderitaan dan kesengsaraan hidup yang tidak pernah berhenti. Segala penderitaan yang dialami oleh umat Kristen bukan supaya meninggalkan Kristus Yesus, melainkan menguji umat Kristen untuk tetap bertahan di dalam Dia sebab para pengikut Kristus yang bertahan hingga mati pasti menerima hidup yang kekal.(Marthen Mau)

Penulis: Marthen Mau Editor: IM

Respon (7)

  1. Using ChatGPT 4 alongside Homeworkify can enhance the learning experience by offering detailed explanations, generating new practice problems, and clarifying complex concepts.

  2. Профессиональный сервисный центр по ремонту бытовой техники с выездом на дом.
    Мы предлагаем: сервисные центры в москве
    Наши мастера оперативно устранят неисправности вашего устройства в сервисе или с выездом на дом!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *